Ketika
matahari masih bisa kita lihat, hangatnya masih bisa kita rasakan, kita merasa
bahwa segala sesuatu yang “menguntungkan” untuk kehidupan kita adalah hal yang
biasa. Kita tak merasakan betapa berartinya ha-hal “kecil” di sekitar kita.
Saat hal kecil sedikit mengganggu kenikmatan kita, kita merasa Ia telah
bertindak tidak adil, bahkan seolah-olah menyiksa kita. Padahal, tak kita
sadari bahwa itu baru hal yang teramat kecil yang Ia kurangi dari nikmat yang
Ia berikan. Ketika lembutnya partikel udara tak mampu kita hirup kembali,
ketika kita tak dapat merasakan desir darah yang mengalir di tubuh kita,
barulah kita sadari bahwa kita tak berarti bagi-Nya. Kita, tak bisa dan tak
mungkin bisa membalas semua nikmat dari-Nya, meskipun dengan pengabdian seumur
hidup. Bagaimana dengan diri kita ini? Apa yang telah kita abdikan untuk-Nya?
Belum ada yang bisa kita sombongkan sebagai pengabdian kita. Bahkan, tidak ada
satupun yang dapat kita sombongkan, karena semua ini adalah pemberian-Nya.
Semua ini adalah kasih sayang-Nya kepada makhluk tak tahu diri seperti kita,
yang selalu menyia-nyiakan nikmat-Nya, yang menyia-nyiakan kesempatan yang Ia
berikan untuk menggapai cinta, kasih dan surga-Nya. Berusahalah untuk selalu
memanfaatkan kesempatan yang Ia berikan dengan sebaik-baiknya. Agar ketika
“saat itu” tiba, tak ada lagi yang kita sesalkan, karena telah kita raih cinta
& kasih-Nya, bukan murka-Nya. Sungguh, Allah Maha Adil.
Pekalongan, 29 Maret 2008 19.28 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar