Kamis, 10 September 2015

Berbagi tidak harus berupa materi (uang), bukan?



Saya  yakin, setiap hati kecil makluk Tuhan pasti memiliki rasa ingin berbagi, bermanfaat untuk makhluk lainnya. Terutama manusia, mereka punya hati nurani, seberapa jahat pun mereka menurut orang lain. Saya pun demikian, mampu berbagi & bermanfaat adalah impian yang selalu menjadi bayang-bayang dalam setiap langkah hidup.

Banyak orang berpendapat bahwa kita baru mampu berbagi ketika kita sudah mapan dan lebih dari cukup secara material. Bagi mereka, berbagi adalah memberikan sesuatu berwujud barang atau uang sehingga mengurangi beban orang lain secara materi. Awalnya Saya setuju, banyak disekitar kita yang membutuhkan bantuan secara materi. Tapi, kapan Saya mampu berbagi jika harus mapan dan berlimpahan? Sedangkan kita tahu, kata mapan dan berlimpahan ini sulit ditafsirkan secara objektif. Dan ketika harus menunggu mapan secara financial, terlalu lama waktu yang terbuang. Sedangkan Saya pun tidak tahu kapan Tuhan menjemput Saya untuk kembali pada-Nya. Saya mulai berfikir, bagaimana caranya Saya bermanfaat dan mampu untuk berbagi sesuatu dari diri Saya tanpa harus berupa materi?

Pada saat yang tepat, Tuhan mempertemukan Saya dengan “Akademi Berbagi” yang satu visi dengan impian Saya, berbagi tidak harus berupa materi. Masih banyak hal yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar kita, salah satunya “wawasan”. Wawasan yang luas serta softskill yang aplikatif sangat diperlukan oleh masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan kemandirian, sehingga masyarakat dapat me”mampu”kan diri mereka baik secara financial maupun pengetahuan. Tentu Saya sadar bahwa Saya belum mampu untuk berbagi wawasan yang Saya miliki, justru Saya masih perlu ditempa. Namun Saya mampu berusaha memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh ilmu, wawasan, softskill dari sumber yang mumpuni. Mampu berusaha memfasilitasi para tokoh/pakar/praktisi untuk berbagi ilmu, wawasan, softskill yang mereka miliki untuk masyarakat, karena mereka pun pasti ingin berbagi. Ya, bersama “Akademi Berbagi” kami mampu memfasilitasi mereka, karena Kami mau.



Melalui Akber Pekalongan, kami berusaha menjembatani para tokoh/pakar/paktisi serta masyarakat untuk transfer ilmu, wawasan, softskill melalui kelas pertemuan yang kami selenggarakan sekurang kurangnya satu kali dalam sebulan. Tema yang diangkat pun beragam, dan ditekankan kepada softskill yang mampu diaplikasikan langsung oleh para Akberians (peserta kelas) dalam kehidupan nyata. Akber Pekalongan, sebagai asociate dari Akademi Berbagi Foundation merupakan gerakan sosial edukasi berbasis volunteering yang dibentuk untuk membantu mengembangkan kualitas masyarakat Kota Pekalongan. Dalam menjalankan kegiatannya, Akber Pekalongan selalu memegang teguh visi Akademi Berbagi, yakni “Sharing-Volunteering-Networking”, membangun manusia Indonesia berkualitas melalui pembelajaran, kesukarelawanan, dan jaringan dengan gembira. Sesuai dengan slogan Akademi Berbagi, yakni “Berbagi Bikin Happy!”, Akber Pekalongan selalu menyelenggarakan kegiatannya dengan gembira. Segala sesuatu yang dilakukan dengan gembira diharapkan mampu menumbuhkan ketulusan serta dapat terlaksana secara optimal.

Ketersediaan volunteer atau relawan yang tulus dan berkualitas menjadi hal yang penting dalam menjalankan kegiatan Akber Pekalongan. Yang dimaksud dengan volunteer/relawan adalah orang yang secara suka rela menyumbangkan waktu, tenaga, pikiran, keahlian atau apapun yang ia miliki untuk menolong orang lain dan sadar bahwa tidak akan mendapatkan upah atau gaji atas apa yang telah disumbangkan. Siapapun dapat bergabung sebagai relawan Akber Pekalongan, tanpa dibatasi oleh usia, profesi, status, dan lain sebagainya. Relawan Akber Pekalongan ada beberapa jenis, antara lain relawan guru, yakni orang yang mau berbagi ilmu pengetahuan/wawasannya secara cuma-cuma kepada masyarakat Pekalongan melalui kelas Akber Pekalongan. Relawan pelaksana, yakni orang yang mau meluangkan waktu, fikiran serta tenaganya untuk merencanakan, mengatur, serta mengontrol kegiatan Akber Pekalongan. Relawan pendukung, yakni orang yang dengan tulus memberikan apapun yang ia miliki sebagai fasilitas terlaksananya kegiatan Akber Pekalongan, baik menyediakan tempat untuk kelas, memberikan snack untuk para peserta secara cuma-cuma, turut mempublikasikan info kelas kepada masyarakat, atau apapun yang berfungsi mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan Akber Pekalongan.

Saya bahagia telah mendapat kesempatan menjadi bagian dari Akber Pekalongan. Bersama rekan-rekan relawan yang baik serta tulus Kami mampu mewujudkan impian Kami untuk berbagi. Menyelenggarakan kelas-kelas gratis dengan tema yang aplikatif untuk masyarakat Pekalongan. Bertemu dengan para ahli serta praktisi hebat yang dengan tulus mau membagi ilmunya secara cuma-cuma kepada orang lain. Memang, sedikit yang kami lakukan, namun kami berharap kelas Akber Pekalongan mampu membangun masyarakat Pekalongan menjadi SDM yang berkualitas serta mampu bersaing. Menjadi relawan Akber Pekalongan membuat diri Kami selalu berkembang, baik secara wawasan maupun kepribadian. Berkumpul dengan orang-orang positif membuat saya semakin bersemangat dalam menjalani hari serta memperbaiki diri dan membuat diri Saya selalu berusaha untuk rendah hati. Terimakasih Akber Pekalongan & Akademi Berbagi. #BerbagiBikinHappy! 


By : @ilmidian

Jumat, 04 September 2015

Menikah untuk Bahagia! Sudah Punya Bekal? ;)


Pernikahan bukan hanya sekedar penyelesaian tugas perkembangan seorang dewasa. Jauh lebih besar daripada itu, pernikahan merupakan sebuah komitmen besar yang mempertaruhkan seluruh kehidupan tiap pasangan. Bagaimana tidak, kita harus merelakan diri kita untuk menjalani setiap jengkal waktu dan kesempatan bersama pasangan kita. Hal ini tidak berarti kita harus selalu bersama-sama setiap detik dengan pasangan kita, namun apapun yang kita lakukan dalam tiap detik kita adalah untuk keluarga, dalam hal ini adalah pasangan serta anak. Setiap pasangan harus mampu menanggalkan keegoisannya demi kehidupan yang harmonis dalam keluarganya. Hal ini tentu menuntut kedewasaan yang hakiki dari tiap pasangan, baik secara fisik maupun psikis. Belum tentu setiap orang mampu mencapainya meski di usia yang telah matang, karena tua itu pasti, sedangkan dewasa adalah pilihan.
Hampir setiap orang mengharapkan kebahagiaan serta kelanggengan dalam pernikahan mereka. Namun dalam kenyataannya bukan hal mudah untuk mencapai hal tersebut, karena pernikahan menuntut adanya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggungjawab baru dari kedua pasangan. Terlebih bagi pasangan muda, ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri terhadap peran dan tanggungjawab baru sering menyebabkan pertentangan, dan bahkan berakhir dengan perceraian.  Namun demikian bukan berarti pasangan muda tidak mampu mencapai kebahagiaan serta kelanggengan dalam pernikahannya. Keberhasilan pernikahan dapat dicapai salah satunya dengan ilmu serta wawasan tentang kehidupan berumah tangga, baik tentang peran suami dan istri hingga bagaimana manajemen keluarga yang baik. Kedua pasangan harus menyadari bahwa Ilmu serta wawasan tentang pernikahan serta kehidupan berumah tangga sangat diperlukan dalam sebuah pernikahan, bahkan sebelum mereka menikah.
Dalam tulisan ini, Saya akan sedikit berbagi mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menuju pernikahan yang bahagia serta langgeng. Menurut  Mbak Anita Rakhmawaty, M.Psi yang merupakan psikolog RS Bendan Pekalongan (dalam sharingnya di salah satu Kelas Akber Pekalongan) beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pernikahan antara lain:

1. Kejelasan Tujuan
Setiap pasangan harus memiliki kesepakatan mengenai tujuan mereka menikah. Pada umumnya mereka hanya menyatakan bahwa tujuan mereka menikah adalah untuk bahagia. Namun jarang dari mereka mampu menguraikan “bahagia yang seperti apa yang mereka inginkan?”. Tujuan perlu diutarakan secara spesifik agar mampu untuk diukur pencapaian keberhasilannya, bahkan dilengkapi dengan langkah untuk mencapainya. Masing-masing pasangan perlu untuk merumuskannya bersama sehingga dalam langkah serta pengambilan keputusan berikutnya akan lebih terarah serta sesuai dengan harapan masing-masing pasangan.
2. Knowledge & Skill
Hal yang dilakukan tanpa adanya dasar ilmu pengetahuan akan menjadi hal yang sia-sia. Oleh karena itu, pengetahuan serta wawasan tentang pernikahan serta kehidupan berumahtangga sangat diperlukan sebagai bekal mewujudkan keberhasilan pernikahan. Pengetahuan yang diperlukan diantaranya adalah mengenai kepribadian laki-laki dan kepribadian wanita, teknik berkomunikasi yang baik, kehidupan pernikahan, peran suami dan istri, manajemen keluarga, serta pengetahuan pendukung lainnya. Ilmu dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui buku, seminar pra-nikah, artikel, sharing dengan orang lain, dsb.
3. Komitmen
Pernikahan memerlukan komitmen yang kuat antara dua pasangan. Hidup bersama bukan hanya sekedar tinggal seatap berdua. Lebih dari itu, masing-masing pasangan perlu untuk saling membuka diri, memahami pasangannya, memberikan kepercayaan dan saling percaya, serta mau untuk saling memperbaiki diri.
4. Perlengkapan Kehidupan Rumah Tangga
Memulai untuk hidup berdua sebagai sebuah keluarga tentu menuntut kita untuk hidup lebih mandiri. Perlengkapan rumah tangga seperti halnya tempat tinggal, perabot rumah tangga, serta perlengkapan lainnya perlu dipersiapkan. Akan lebih baik jika pasangan tinggal berdua secara mandiri tanpa bergantung kepada keluarga suami maupun istri. Tidak berarti harus langsung memiliki rumah sendiri, keluarga baru bisa saja mengontrak rumah atau kos. Dengan hidup mandiri maka masing-masing pasangan akan dapat belajar lebih banyak hal sehingga mampu berkembang menjadi keluarga yang lebih baik.

Demikian beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk menuju pernikahan yang bahagia serta langgeng. Semoga memberikan manfaat bagi penulis serta para pembaca dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Terimakasih. J

By: @ilmidian