Akademi Berbagi, merupakan gerakan sosial edukasi
berbasis volunteering yang dibentuk untuk membantu mengembangkan kualitas
masyarakat Indonesia. Kegiatan rutin Akademi Berbagi diwujudkan
dengan adanya kelas-kelas gratis dengan tema tertentu yang mengarah pada
pengembangan softskill. Kelas
ditujukan kepada siapapun yang ingin belajar, dan diselenggarakan di berbagai
tempat. Melalui Akademi Berbagi, masyarakat dapat belajar secara gratis sehingga
mampu meningkatkan kualitas serta kemandirian baik secara pribadi maupun
kelompok. Kini, virus positif Akademi Berbagi yang sebelumnya muncul di
Jakarta, telah menyebar ke berbagai kota serta provinsi di Indonesia.
Perjalanan Akademi Berbagi sejak awal hingga saat ini telah dituangkan ke dalam
sebuah buku berjudul “KELAS” oleh pendiri Akademi Berbagi, yakni Ainun Chomsun.
Berikut sedikit cuplikan dari buku “KELAS” tersebut.
Cover Buku "KELAS" |
Serambi
(…….) Begitulah seharusnya sebuah tempat belajar.
Semua orang boleh datang, belajar dalam suasana menyenangkan, dan mendapatkan
ilmu dengan hati gembira. Tidak ada paksaan, pun pembatasan siapa yang boleh
hadir. Namun kini, tempat belajar identik dengan sekolah. Dan, sekolah identik
dengan bangunan kokoh, bahkan gedung berpagar tinggi dan tertutup rapat. Seolah
terpisah dengan dunia luar, dunia nyata. Seolah institusi pendidikan tidak memiliki
keterkaitan dengan dunia luar. Tak heran, ada bagian yang terputus antara dunia
pendidikan dan dunia nyata. Banyak orang yang telah menyelesaikan pendidikan,
masih diliputi kebingungan akan berkarya di mana dan di bidang apa. Padahal
waktu dan biaya yang telah diinvestasikan selama menempuh pendidikan dari SD
hingga perguruan tinggi tidaklah sedikit.
Kondisi masyarakat yang semakin kompetitif,
secara tidak langsung berakibat pada biaya pendidikan yang semakin mahal dan
materi pengajaran yang semakin berat. Sekolah berangsur-angsur berubah bukan
lagi sebuah “taman” yang menyenangkan bagi semua orang. Sekolah dengan kualitas
yang baik sering kali diiringi biaya yang semakin tinggi. Belum lagi soal
materi yang semakin banyak, membuat kurikulum disusun tanpa memperhatikan aspek
keberagaman kemampuan anak didik. Tuntutan untuk berprestasi di segala bidang,
menjadikan pendidikan layaknya mesin—bukan “taman” belajar lagi. Banyak orangtua
yang terjebak pada angka untuk mengukur prestasi anak.
Penyeragaman materi dalam dunia pendidikan
dilakukan untuk mempermudah pengukuran atas keberhasilan. Namun demikian,
ketika anak didik terjun dalam masyarakat,
apakah pengukuran tersebut akan valid? Kita lupa bahwa setiap manusia
itu unik, dan pendidikan bukanlah soal ijazah dan angka semata, tetapi juga
meliputi keterampilan sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia
lain. Belum lagi soal ilmu yang terus berkembang dengan cepat. Teori yang dulu
diyakini benar, bisa jadi gugur dengan hadirnya teori baru. Pendidikan semakin tergopoh-gopoh
mengejar semua ketertinggalannya, sehingga anak-anak menjadi korban karena
mereka harus mengikuti berbagai macam pelajaran tambahan melalui les dan
kursus. Apakah pendidikan semacam itu yang diimpikan oleh Ki Hadjar Dewantara?
Kegelisahan saya pada carut-marut dunia
pendidikan di Indonesia, padahal pendidikan adalah hak semua warga negara dan
bagian penting bagi kemajuan peradaban manusia, membuat ide mengenai Akademi
Berbagi (Akber) lahir. Dunia media sosial yang membuat saya terhubung dengan
banyak orang, termasuk orang-orang hebat, membuat saya berinisiatif untuk
mengadakan kelas gratis belajar bersama para praktisi dan tokoh-tokoh hebat sehingga
kita tidak hanya mendapatkan ilmu formal, tetapi juga pengalaman dan wawasan
nyata. Selain sebagai tempat belajar yang terbuka, Akber juga mencoba
menjembatani jurang antara dunia pendidikan dan dunia karya, paling tidak
sebelum seseorang menyelesaikan pendidikan formal, mereka telah memiliki
bayangan bagaimana karya nyata itu dan akan berkarya di bidang apa. Sebuah ide sederhana
untuk mempermudah akses belajar dan terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar.
Sebuah gerakan kecil untuk membuat perubahan yang tidak diduga sedari awal akan
bergulir menjadi besar dan menyebar.
Akber dikelola oleh para relawan, dan mereka
bekerja tanpa bayaran dalam mengelola kelas-kelas gratis secara rutin.
Guru-guru yang mengajar tidak dibayar dan kelas pun berpindah-pindah tergantung
di mana kami memperoleh pinjaman tempat—karena pada dasarnya dalam proses belajar
itu yang terpenting adalah guru dan murid, maka tempat belajar bisa di mana
saja. Kita tidak perlu terjebak dalam paradigma bahwa ilmu yang bermanfaat
harus dibagikan di ruang-ruang kelas dengan tembok kokoh dan pagar tinggi. Ilmu
bisa dibagikan di ruang tamu, ruang pertemuan, pendopo kelurahan, atau bahkan
di tepi pantai.
Ainun Chomsun
@ainunchomsun
Digital Cummunication Strategist
Founder Akademi Berbagi
Konsep mengenai kewajiban
belajar dan berbagi untuk membangun bangsa didukung oleh berbagai pihak, salah
satunya oleh Robby Muhamad. Berikut ini
cuplikan ulasan dari Robby Muhamad selaku Advisor mengenai Akademi Berbagi.
(….) Akademi Berbagi didirikan dengan dua nilai
utama. Akademi Berbagi percaya akan keutamaan berbagi secara sukarela dan
kemuliaan belajar. Belajar dan berbagi adalah dua pilar utama untuk masyarakat
demokratis. Hidup dalam masyarakat demokratis artinya nasib setiap orang ada
pada tangannya sendiri. Pemerintah dipilih oleh rakyat dan menjadi pelayan
rakyat. Bangsa demokratis yang sehat bukan hanya ditentukan oleh pemerintahnya
yang menyadari betul perannya sebagai pelayan rakyat, tapi juga rakyat yang
tahu apa yang diinginkannya dan bagaimana cara mencapainya. Rakyat memilih
pelayan yang dianggap paling mampu mencapai keinginan mereka. Singkatnya,
diperlukan rakyat yang terus-menerus belajar. Belajar agar mengenal tujuan
hidup masing-masing dan cara-cara untuk mencapainya.
Namun, belajar saja tidak cukup. Karena yang
dicari bukanlah semata-mata kesuksesan individu, melainkan kesuksesan kita
sebagai suatu kolektif: sebagai masyarakat dan bangsa. Dasar utama dalam
membangun kekuatan kolektif adalah berbagi. Banyak cara dalam berbagi. Bisa berbagi
atas dasar pertukaran sumber daya sebagaimana transaksi
ekonomi. Bisa juga berbagi berdasarkan kesamaan dan kepercayaan
idealisme.
Di tengah gempuran yang berusaha menjadikan warga
negara menjadi konsumen, berbagi menjadi transaksi. Akademi Berbagi menjadi
obor harapan bahwa masyarakat Indonesia bukan hanya hebat dalam konsumsi atau
berdagang, tetapi juga mampu bertindak berdasar idealisme dan harapan.
Semoga Akademi Berbagi dapat terus menjadi garda terdepan
dalam menghasilkan manusia Indonesia yang terus belajar dan berbagi karena kita
masih percaya akan harapan.
Roby
Muhamad @robymuhamad
Scientist,
entrepreneur, and writer.
Advisor Akademi Berbagi
Co-founder
AkonLabs, Provetic, Yogrt
Ulasan lengkap mengenai perjalanan Akademi
Berbagi dapat Anda baca dalam buku “KELAS”, dengan spesifikasi sebagai berikut:
Sebagai informasi, seluruh royalti atas penjualan buku “KELAS” akan disumbangkan untuk mendukung kegiatan Akademi Berbagi, yakni memfasilitasi keberlangsungan kelas-kelas belajar gratis untuk masyarakat Indonesia. Bagi Anda yang berminat untuk membeli buku “KELAS” dapat melakukan pemesanan dengan mekanisme sebagai berikut:
judul : Kelas
penulis : Ainun
Chomsun
harga : Rp
55.000,-
tebal halaman : 264
ukuran : 13 x 19 cm
ukuran : 13 x 19 cm
Sebagai informasi, seluruh royalti atas penjualan buku “KELAS” akan disumbangkan untuk mendukung kegiatan Akademi Berbagi, yakni memfasilitasi keberlangsungan kelas-kelas belajar gratis untuk masyarakat Indonesia. Bagi Anda yang berminat untuk membeli buku “KELAS” dapat melakukan pemesanan dengan mekanisme sebagai berikut:
1.
Pemesanan dapat dilakukan dengan mengirim pesan
WA/SMS dengan format ketik:
KELAS (spasi) JUMLAH BUKU YANG DIPESAN (spasi) NAMA PEMESAN (spasi) ALAMAT
Contoh:
KELAS 1 ILMI KURIPAN LOR GANG 6 PEKALONGAN
Kirim ke: 085728109500
KELAS (spasi) JUMLAH BUKU YANG DIPESAN (spasi) NAMA PEMESAN (spasi) ALAMAT
Contoh:
KELAS 1 ILMI KURIPAN LOR GANG 6 PEKALONGAN
Kirim ke: 085728109500
2.
Agen akan mengkonfirmasi status pemesanan dan
mengirimkan no rekening untuk transfer pembayaran buku.
3.
Pengambilan buku dapat dilakukan secara langsung
(saat kelas Akber) atau dikirim ke alamat pemesan.
4.
Harga buku belum termasuk ongkos kirim.
Adapun bagi Anda yang menginginkan gambaran lebih
lanjut mengenai buku “KELAS”, kami dapat mengirimkan isi Bab I dari buku
tersebut ke email Anda, silahkan email ke: ilmidianasrini@gmail.com .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar